Tuesday, October 22, 2013

cara islam memudahkan jodoh

Siang datang bukan untuk mengejar malam, malam tiba bukan untuk mengejar siang. Siang dan malam datang silih berganti dan takkan pernah kembali lagi. Menanti adalah hal yang paling membosankan, apalagi jika menanti sesuatu yang tidak pasti. Sementara waktu berjalan terus dan usia semakin bertambah, namun satu pertanyaan yang selalu mengganggu “Bila jodohku akan tiba??“.
Resah dan gelisah kian menghantui  dan usia makin bertambah untuk cari jodoh, sementara jodoh tak kunjung datang. Apalagi jika melihat di sekitarnya, semua sahabat, bahkan yang lebih muda darinya telah naik ke pelamin dan memiliki zuriat keturunan. Baginya, ini suatu kenyataan yang menyakitkan sekaligus meresahkan. Menyakitkan tatkala masyarakat memberinya gelar sebagai “bujang lapuk” atau”anak dara tua”, “tidak laku“. Membingungkan tatkala tidak ada yang mahu peduli dan ambil tahu dengan masalah yang sedang dihadapinya.
Apalagi tanggapan untuk wanita untuk cari jodoh, semakin tua usia akan semakin susah mendapatkan calon cari jodoh. Sehingga menambah keresahan dan melenyapkan keyakinan diri. Sebahagian wanita/ lelaki yang masih bujang terkadang memilih mengurung diri dan hari-harinya dihabiskan dengan terus bekerja keras dan banyak bersama rakan-rakan.
Salah satu faktor utama yang menyebabkan lambat kahwin adalah tingginya mahar dan belanja kahwin yang ditetapkan. Ramai pemuda yang ingin menikah, tapi terpaksa undur diri kerana tidak mampu membayar belanja dan mahar yang ditetapkan.
Syaitan pun mengambil kesempatan untuk masuk mencelah pasangan cari jodoh ini untuk menggelincirkan anak-anak Adam sehingga melakukan perkara-perkara terlarang yang bermula dari kahwin lari hingga perbuatan-perbuatan yang hina (zina), bahkan lahirlah zuriat dari perbuatan terlarang. Padahal agama yang mulia ini telah menjelaskan bahwa jangankan zina, mendekati zina saja diharamkan,
“Dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk.”. (QS. Al-Israa’:32 )
Pembaca yang budiman, sesungguhnya islam adalah agama yang mudah; Allah telah anugerahkan kepada manusia sebagai rahmat bagi mereka. Hal ini nampak jelas dari syari’at-syari’at dan aturan yang ada di dalamnya, dipenuhi dengan rahmat, kemurahan dan kemudahan. Allah telah menegaskan di dalam kitab-Nya yang mulia,
“Thaahaa. Kami tidak menurunkan Al Quran Ini kepadamu agar kamu menjadi susah; Tetapi sebagai peringatan bagi orang yang takut (kepada Allah)“. (QS.Thohaa :1-3)
dan
“Allah tidak menghendaki menyulitkan kalian, tetapi Dia hendak membersihkan kalian dan menyempurnakan nikmat-Nya bagi kalian, supaya kalian bersyukur.”(QS. : Al-Maidah: 6)
Namun sayang kalau kemudahan ini ditinggalkan. Malah mencari-cari sesuatu yang sukar dan susah iaitu menegah kebanyakan pasangan untuk menikah dengan meninggikan harga wang pernikahan dan maharnya yang tak mampu dijangkau oleh orang yang datang melamar sehingga memberikan impak negatif.
Akhirnya, pasangan cari jodoh ini membujang bertahun-tahun lamanya untuk mengumpul duit belanja kahwinnya. Sehingga banyak menimbulkan pelbagai kerosakan dan kejelekan seperti budaya couple. Padahal berdua-duaan itu haram, kerana ia adalah jalan menuju zina. Bahkan ada terus menempuh jalan yang lebih berbahaya, iaitu jalan zina!! (wanauzubillah)
Pihak keluarga wanita pasangan cari jodoh pula menjadi lebih materealistik dengan meninggikan mahar atau belanja kahwin yang diberikan. Apabila maharnya tinggi, maka merekapun menikahkannya tanpa melihat orangnya samada baik atau buruk, yang penting mahar banyak!! Jika maharnya sedikit, merekapun menolak pernikahan, walaupun calon cari jodoh yang datang adalah pemuda yang soleh agama dan akhlaknya serta memiliki kemampuan memberi nafkah kepada isteri dan anak-anaknya kelak.
Rasulullah saw telah mamperingatkan,
“Jika datang seorang lelaki yang melamar anak gadismu, yang engkau ridhoi agama dan akhlaknya, maka nikahkanlah ia. Jika tidak, maka akan terjadi fitnah (musibah) dan kerusakan yang merata dimuka bumi “[HR.At-Tirmidziy dalam Kitab An-Nikah(1084 & 1085), dan Ibnu Majah dalam Kitab An-Nikah(1967). Di-hasan-kan oleh Al-Albaniy dalam Ash-Shohihah (1022)]
Jadi, yang terpenting dalam usaha cari jodoh adalah ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya, bukan sekadar kekayaan dan kemewahan. Sebuah rumah yang berhiaskan ketaqwaan dan kesolehan dari sepasang suami isteri adalah modal untuk ke syurga, yang akan melahirkan kebahagiaan, kedamaian, kemuliaan, dan ketenteraman pada ahli keluarga.
Namun sayang sekali, realiti yang terjadi di masyarakat kini dalam usaha cari jodoh, jauh dari suruhan Allah dan Rasul-Nya. Hanya kerana perasaan “malu”, rela mengorbankan ketaatan kepada Allah dan  tidak merasa cukup dengan sesuatu yang telah Allah tetapkan dalam syari’at-Nya. Mereka menaikkan belanja kahwin dan mahar yang tidak dianjurkan di dalam agama. Akhirnya pernikahan seakan-akan menjadi tuntutan yang mahal, sehingga menjadi penghalang bagi para pemuda untuk menyambut seruan Nabi saw
“Wahai para pemuda! Barang siapa diantara kalian yang telah mampu, maka menikahlah, karena demikian (nikah) itu lebih menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan. Barang siapa yang belum mampu, maka berpuasalah, karena puasa akan menjadi perisai baginya“. [HR. Al-Bukhoriy (4778), dan Muslim (1400), Abu Dawud (2046), An-Nasa’iy (2246)]
Rasulullah saw telah menganjurkan umatnya untuk mempermudah dan jangan mempersulit dalam menerima lamaran dengan sabdanya,
“Diantara berkahnya seorang wanita, memudahkan urusan (nikah)nya, dan sedikit maharnya“. [HR. Ahmad dalam Al-Musnad (24651), Al-Hakim dalam Al-Mustadrok (2739), Al-Baihaqiy dalam Al-Kubro (14135), Ibnu Hibban dalam Shohih-nya (4095), Al-Bazzar dalam Al-Musnad (3/158), Ath-Thobroniy dalam Ash-Shoghir (469). Di-hasan-kan Al-Albaniy dalam Shohih Al-Jami’ (2231)]
Oleh kerana itu, pernah seseorang datang kepada Nabi saw seraya berkata
”Sesungguhnya aku telah menikahi seorang wanita.” Beliau bersabda, “Engkau menikahinya dengan mahar berapa?” orang ini berkata:”empat awaq (yaitu seratus enam puluh dirham)”.
Maka Nabi saw bersabda:
“Dengan empat awaq (160 dirham)? Seakan-akan engkau telah menggali perak dari sebagian gunung ini. Tidak ada pada kami sesuatu yang bisa kami berikan kepadamu. Tapi mudah-mudahan kami dapat mengutusmu dalam suatu utusan (penarik zakat) ; engkau bisa mendapatkan (empat awaq tersebut)“. [HR, Muslim(1424)].
Al-Imam Abu Zakariyya Yahya bin Syarof An-Nawawiy ra berkata tentang sabda Nabi saw,
“Makna ucapan ini, dibencinya memperbanyak mahar hubungannya dengan keadaan calon suami“.[Lihat Syarh Shohih Muslim (6/214)]
Perkara meninggikan mahar, dan menyusahkan pemuda yang mahu menikah, ini telah diingkari oleh Umar ra. dengan berkata,
“Ingatlah, jangan kalian berlebih-lebihan dalam memberikan mahar kepada wanita karena sesungguhnya jika hal itu adalah suatu kemuliaan di dunia dan ketaqwaan di akhirat, maka Nabi saw adalah orang yang palimg berhak dari kalian. Tidak pernah Nabi saw memberikan mahar kepada seorang wanitapun dari isteri-isteri beliau dan tidak pula diberi mahar seorang wanitapun dari puteri-puteri beliau lebih dari dua belas uqiyah (satu uqiyah sama dengan 40 dirham)” .[HR.Abu Dawud (2106), At-Tirmidzi(1114),Ibnu Majah(1887), Ahmad(I/40&48/no.285&340). Di-shohih-kan oleh Syaikh Al-Albaniy dalam Takhrij Al-Misykah (3204)]
Pembaca yang budiman, pernikahan memang memerlukan wang, namun itu bukanlah segala-galanya, kerana agung dan mulianya pernikahan itu tidak dapat dibandingkan dengan wang. Janganlah hanya kerana duit, menjadi penghalang bagi saudara kita untuk meraih kebaikan dengan menikah.
Jika calon cari jodoh adalah seorang calon suami yang taat beragama, dan mampu menjaga keluarganyanya kelak maka permudahkanlah urusan untuk berkahwin itu. Sebab pernikahan bertujuan menyelamatkan manusia dari perilaku yang keji (zina), dan mengembangkan keturunan yang menegakkan tauhid di atas muka bumi ini.
Rasulullah saw perkah bersabda,
“Ada tiga orang yang wajib bagi Allah untuk menolongnya: Orang yang berperang di jalan Allah, budak yang ingin membebaskan dirinya, dan orang menikah yang ingin menjaga kesucian diri”. [HR. At-Tirmidziy (1655), An-Nasa’iy (3120 & 1655), Ibnu Majah (2518). Di-hasan-kan oleh Al-Albaniy dalam Takhrij Al-Misykah (3089)]
Orang tua yang bijaksana tidak akan tenteram hatinya sebelum ia menikahkan anaknya yang telah cukup usia. Kerana itu adalah tanggung-jawab orang tua demi menyelamatkan masa depan anaknya. Oleh kerana itu, ibu bapa perlu saling tolong-menolong dalam hal kebaikan. Ingatlah sabda Nabi saw
“Agama adalah mudah dan tidak seorangpun yang mempersulit dalam agama ini, kecuali ia akan terkalahkan“. [HR. Al-Bukhary (39), dan An-Nasa’iy(5034)]
Rasulullah saw memerintahkan umatnya untuk menerapkan prinsip islam yang mulia ini dalam kehidupan mereka sebagaimana dalam sabda Beliau,
“permudahlah dan jangan kalian mempersulit, berilah kabar gembira dan jangan kalian membuat orang lari“. [HR.Al-Bukhary(69& 6125), dan Muslim(1734)]
Syaikh Al-Utsaimin ra berkata,
“Kalau sekiranya manusia mencukupkan dengan mahar yang kecil, mereka saling tolong menolong dalam hal mahar(yakni tidak mempersulit) dan masing-masing orang melaksanakan masalah ini, niscaya masyarakat akan mendapatkan kebaikan yang banyak, kemudahan yang lapang, serta penjagaan yang besar, baik kaum lelaki maupun wanitanya”.[Lihat Az-Zawaaj]

No comments:

Post a Comment