cara islam memudahkan jodoh
Siang
datang bukan untuk mengejar malam, malam tiba bukan untuk mengejar
siang. Siang dan malam datang silih berganti dan takkan pernah kembali
lagi. Menanti adalah hal yang paling membosankan, apalagi jika menanti
sesuatu yang tidak pasti. Sementara waktu berjalan terus dan usia
semakin bertambah, namun satu pertanyaan yang selalu mengganggu “Bila
jodohku akan tiba??“.
Resah dan gelisah kian menghantui dan usia makin bertambah
untuk cari jodoh, sementara jodoh tak kunjung datang. Apalagi jika
melihat di sekitarnya, semua sahabat, bahkan yang lebih muda darinya
telah naik ke pelamin dan memiliki zuriat keturunan. Baginya, ini suatu
kenyataan yang menyakitkan sekaligus meresahkan. Menyakitkan tatkala
masyarakat memberinya gelar sebagai “bujang lapuk” atau”anak dara tua”,
“tidak laku“. Membingungkan tatkala tidak ada yang mahu peduli dan ambil
tahu dengan masalah yang sedang dihadapinya.
Apalagi tanggapan untuk wanita untuk cari jodoh, semakin
tua usia akan semakin susah mendapatkan calon cari jodoh. Sehingga
menambah keresahan dan melenyapkan keyakinan diri. Sebahagian wanita/
lelaki yang masih bujang terkadang memilih mengurung diri dan
hari-harinya dihabiskan dengan terus bekerja keras dan banyak bersama
rakan-rakan.
Salah satu faktor utama yang menyebabkan lambat kahwin
adalah tingginya mahar dan belanja kahwin yang ditetapkan. Ramai pemuda
yang ingin menikah, tapi terpaksa undur diri kerana tidak mampu membayar
belanja dan mahar yang ditetapkan.
Syaitan pun mengambil kesempatan untuk masuk mencelah
pasangan cari jodoh ini untuk menggelincirkan anak-anak Adam sehingga
melakukan perkara-perkara terlarang yang bermula dari kahwin lari hingga
perbuatan-perbuatan yang hina (zina), bahkan lahirlah zuriat dari
perbuatan terlarang. Padahal agama yang mulia ini telah menjelaskan
bahwa jangankan zina, mendekati zina saja diharamkan,
“Dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu
adalah suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk.”. (QS.
Al-Israa’:32 )
Pembaca yang budiman, sesungguhnya islam adalah agama yang
mudah; Allah telah anugerahkan kepada manusia sebagai rahmat bagi
mereka. Hal ini nampak jelas dari syari’at-syari’at dan aturan yang ada
di dalamnya, dipenuhi dengan rahmat, kemurahan dan kemudahan. Allah
telah menegaskan di dalam kitab-Nya yang mulia,
“Thaahaa. Kami tidak menurunkan Al Quran Ini kepadamu agar
kamu menjadi susah; Tetapi sebagai peringatan bagi orang yang takut
(kepada Allah)“. (QS.Thohaa :1-3)
dan
“Allah tidak menghendaki menyulitkan kalian, tetapi Dia
hendak membersihkan kalian dan menyempurnakan nikmat-Nya bagi kalian,
supaya kalian bersyukur.”(QS. : Al-Maidah: 6)
Namun sayang kalau kemudahan ini ditinggalkan. Malah
mencari-cari sesuatu yang sukar dan susah iaitu menegah kebanyakan
pasangan untuk menikah dengan meninggikan harga wang pernikahan dan
maharnya yang tak mampu dijangkau oleh orang yang datang melamar
sehingga memberikan impak negatif.
Akhirnya, pasangan cari jodoh ini membujang bertahun-tahun
lamanya untuk mengumpul duit belanja kahwinnya. Sehingga banyak
menimbulkan pelbagai kerosakan dan kejelekan seperti budaya couple.
Padahal berdua-duaan itu haram, kerana ia adalah jalan menuju zina.
Bahkan ada terus menempuh jalan yang lebih berbahaya, iaitu jalan zina!!
(wanauzubillah)
Pihak keluarga wanita pasangan cari jodoh pula menjadi
lebih materealistik dengan meninggikan mahar atau belanja kahwin yang
diberikan. Apabila maharnya tinggi, maka merekapun menikahkannya tanpa
melihat orangnya samada baik atau buruk, yang penting mahar banyak!!
Jika maharnya sedikit, merekapun menolak pernikahan, walaupun calon cari
jodoh yang datang adalah pemuda yang soleh agama dan akhlaknya serta
memiliki kemampuan memberi nafkah kepada isteri dan anak-anaknya kelak.
Rasulullah saw telah mamperingatkan,
“Jika datang seorang lelaki yang melamar anak gadismu, yang
engkau ridhoi agama dan akhlaknya, maka nikahkanlah ia. Jika tidak,
maka akan terjadi fitnah (musibah) dan kerusakan yang merata dimuka bumi
“[HR.At-Tirmidziy dalam Kitab An-Nikah(1084 & 1085), dan Ibnu Majah
dalam Kitab An-Nikah(1967). Di-hasan-kan oleh Al-Albaniy dalam
Ash-Shohihah (1022)]
Jadi, yang terpenting dalam usaha cari jodoh adalah
ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya, bukan sekadar kekayaan dan
kemewahan. Sebuah rumah yang berhiaskan ketaqwaan dan kesolehan dari
sepasang suami isteri adalah modal untuk ke syurga, yang akan melahirkan
kebahagiaan, kedamaian, kemuliaan, dan ketenteraman pada ahli keluarga.
Namun sayang sekali, realiti yang terjadi di masyarakat
kini dalam usaha cari jodoh, jauh dari suruhan Allah dan Rasul-Nya.
Hanya kerana perasaan “malu”, rela mengorbankan ketaatan kepada Allah
dan tidak merasa cukup dengan sesuatu yang telah Allah tetapkan dalam
syari’at-Nya. Mereka menaikkan belanja kahwin dan mahar yang tidak
dianjurkan di dalam agama. Akhirnya pernikahan seakan-akan menjadi
tuntutan yang mahal, sehingga menjadi penghalang bagi para pemuda untuk
menyambut seruan Nabi saw
“Wahai para pemuda! Barang siapa diantara kalian yang telah
mampu, maka menikahlah, karena demikian (nikah) itu lebih menundukkan
pandangan dan menjaga kemaluan. Barang siapa yang belum mampu, maka
berpuasalah, karena puasa akan menjadi perisai baginya“. [HR.
Al-Bukhoriy (4778), dan Muslim (1400), Abu Dawud (2046), An-Nasa’iy
(2246)]
Rasulullah saw telah menganjurkan umatnya untuk mempermudah dan jangan mempersulit dalam menerima lamaran dengan sabdanya,
“Diantara berkahnya seorang wanita, memudahkan urusan
(nikah)nya, dan sedikit maharnya“. [HR. Ahmad dalam Al-Musnad (24651),
Al-Hakim dalam Al-Mustadrok (2739), Al-Baihaqiy dalam Al-Kubro (14135),
Ibnu Hibban dalam Shohih-nya (4095), Al-Bazzar dalam Al-Musnad (3/158),
Ath-Thobroniy dalam Ash-Shoghir (469). Di-hasan-kan Al-Albaniy dalam
Shohih Al-Jami’ (2231)]
Oleh kerana itu, pernah seseorang datang kepada Nabi saw seraya berkata
”Sesungguhnya aku telah menikahi seorang wanita.” Beliau
bersabda, “Engkau menikahinya dengan mahar berapa?” orang ini
berkata:”empat awaq (yaitu seratus enam puluh dirham)”.
Maka Nabi saw bersabda:
“Dengan empat awaq (160 dirham)? Seakan-akan engkau telah
menggali perak dari sebagian gunung ini. Tidak ada pada kami sesuatu
yang bisa kami berikan kepadamu. Tapi mudah-mudahan kami dapat
mengutusmu dalam suatu utusan (penarik zakat) ; engkau bisa mendapatkan
(empat awaq tersebut)“. [HR, Muslim(1424)].
Al-Imam Abu Zakariyya Yahya bin Syarof An-Nawawiy ra berkata tentang sabda Nabi saw,
“Makna ucapan ini, dibencinya memperbanyak mahar hubungannya dengan keadaan calon suami“.[Lihat Syarh Shohih Muslim (6/214)]
Perkara meninggikan mahar, dan menyusahkan pemuda yang mahu menikah, ini telah diingkari oleh Umar ra. dengan berkata,
“Ingatlah, jangan kalian berlebih-lebihan dalam memberikan
mahar kepada wanita karena sesungguhnya jika hal itu adalah suatu
kemuliaan di dunia dan ketaqwaan di akhirat, maka Nabi saw adalah orang
yang palimg berhak dari kalian. Tidak pernah Nabi saw memberikan mahar
kepada seorang wanitapun dari isteri-isteri beliau dan tidak pula diberi
mahar seorang wanitapun dari puteri-puteri beliau lebih dari dua belas
uqiyah (satu uqiyah sama dengan 40 dirham)” .[HR.Abu Dawud (2106),
At-Tirmidzi(1114),Ibnu Majah(1887), Ahmad(I/40&48/no.285&340).
Di-shohih-kan oleh Syaikh Al-Albaniy dalam Takhrij Al-Misykah (3204)]
Pembaca yang budiman, pernikahan memang memerlukan wang,
namun itu bukanlah segala-galanya, kerana agung dan mulianya pernikahan
itu tidak dapat dibandingkan dengan wang. Janganlah hanya kerana duit,
menjadi penghalang bagi saudara kita untuk meraih kebaikan dengan
menikah.
Jika calon cari jodoh adalah seorang calon suami yang taat
beragama, dan mampu menjaga keluarganyanya kelak maka permudahkanlah
urusan untuk berkahwin itu. Sebab pernikahan bertujuan menyelamatkan
manusia dari perilaku yang keji (zina), dan mengembangkan keturunan yang
menegakkan tauhid di atas muka bumi ini.
Rasulullah saw perkah bersabda,
“Ada tiga orang yang wajib bagi Allah untuk menolongnya:
Orang yang berperang di jalan Allah, budak yang ingin membebaskan
dirinya, dan orang menikah yang ingin menjaga kesucian diri”. [HR.
At-Tirmidziy (1655), An-Nasa’iy (3120 & 1655), Ibnu Majah (2518).
Di-hasan-kan oleh Al-Albaniy dalam Takhrij Al-Misykah (3089)]
Orang tua yang bijaksana tidak akan tenteram hatinya
sebelum ia menikahkan anaknya yang telah cukup usia. Kerana itu adalah
tanggung-jawab orang tua demi menyelamatkan masa depan anaknya. Oleh
kerana itu, ibu bapa perlu saling tolong-menolong dalam hal kebaikan.
Ingatlah sabda Nabi saw
“Agama adalah mudah dan tidak seorangpun yang mempersulit
dalam agama ini, kecuali ia akan terkalahkan“. [HR. Al-Bukhary (39), dan
An-Nasa’iy(5034)]
Rasulullah saw memerintahkan umatnya untuk menerapkan
prinsip islam yang mulia ini dalam kehidupan mereka sebagaimana dalam
sabda Beliau,
“permudahlah dan jangan kalian mempersulit, berilah kabar
gembira dan jangan kalian membuat orang lari“. [HR.Al-Bukhary(69&
6125), dan Muslim(1734)]
Syaikh Al-Utsaimin ra berkata,
“Kalau sekiranya manusia mencukupkan dengan mahar yang
kecil, mereka saling tolong menolong dalam hal mahar(yakni tidak
mempersulit) dan masing-masing orang melaksanakan masalah ini, niscaya
masyarakat akan mendapatkan kebaikan yang banyak, kemudahan yang lapang,
serta penjagaan yang besar, baik kaum lelaki maupun wanitanya”.[Lihat
Az-Zawaaj]
No comments:
Post a Comment